Jamupedia

Kafe Acaraki

Berbicara mengenai jamu, sebagian orang masih memiliki mindset bahwa jamu adalah minuman tradisional yang hanya berfungsi sebagai obat atau penyembuh penyakit tertentu. Jamu masih dianggap sebagai sesuatu yang kuno, tertinggal di belakang. Padahal, jika menilik pada sejarah dan pengertian jamu, jamu berasal dari kata djampi dan usodo yang berarti doa dan kesehatan. Apapun yang dipakai oleh tubuh dengan tujuan kesehatan dan dikukuhkan dengan doa dapat dianggap sebagai jamu. Jadi, jamu tidak selalu sama dengan obat tetapi obat adalah salah satu bentuk dari jamu.

Sumber gambar: www.paprikaliving.com

Dengan latar belakang permasalahan tersebut, Joni Yuwono, pendiri Kafe Jamu Acaraki, berinisiatif untuk membumikan jamu agar lebih dikenal luas, khususnya anak muda. Belajar dari jamu gendong, setiap hari mbok jamu membuat jamu yang sama, menjajakannya pada rute yang sama. Jamu yang dijajakan oleh mbok jamu setiap harinya adalah jamu yang siap untuk dikonsumsi dan menjadi minuman setiap hari. Artinya, jamu bisa menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Terlebih, khasiat jamu yang nyata untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan beberapa penyakit, jamu bisa menjadi minuman harian yang disandingkan dengan teh atau kopi.

 

Sumber gambar: dianravi.com

 

Kafe Acaraki membuat sebuah konsep baru dalam dunia jamu.  Dunia perkopian yang telah lebih dulu berhasil masuk menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, khususnya anak muda, menjadi kiblat untuk membuat jamu bisa naik kelas. Terlebih jamu dan kopi memiliki beberepa persamaan berikut.

  • Sama-sama dari tanaman
  • Sama-sama pahit
  • Sama-sama diminum karena khasiatnya
  • Sama-sama digodog (di awal, biji kopi diltumbuk dengan alu kemudian digodog)

Booming dan meledaknya tren kopi di kalangan anak muda ini menjadi inpirasi bagi pemilik Kafe Acaraki untuk membuat jamu mengikuti tren yang sama. Kopi yang merupakan minuman yang sudah ada sejak ratusan tahun, yang awalnya adalah minuman rumahan yang diseduh dan diminum di rumah, saat ini disajikan di kafe-kafe modern bahkan menjadi kebanggaan anak muda. Jika kopi bisa mengalami sebuah evolusi, jamu juga pasti bisa. Hal ini tentunya didukung karena faktor teknologi, hadirnya inovasi di berbagai alat dan mesin kopi sehingga kopi dapat diseduh di depan pelanggan dengan cepat oleh para barista. Variasi yang kemudian muncul dan berkembang ini kuncinya adalah cita rasa.

Hal inilah yang diinisiasi oleh Kafe Acaraki, membuat jamu berevolusi seperti halnya kopi. Saat ini, jamu masih berada di gelombang pertama. Maksud gelombang pertama ini adalah kopi dikonsumsi dengan cara di-godog di rumah atau disajikan dari bentuk instant/sachet. Acaraki mencoba untuk memperkenalkan gelombang baru untuk jamu (yang disebut new wafe jamu) di mana jamu diseduh di depan pelanggan oleh para acaraki. Hal ini tentunya juga dilakukan untuk membantu para petani jamu demi meningkatkan integritas bahan jamu.

Dalam dunia kopi, kita mengenal bahwa cita rasa kopi salah satunya ditentukan oleh daerah penghasil kopi. Acaraki juga melakukan penelitian terkait hal ini. Hasilnya pun sama, bahan jamu dari daerah yang berbeda menghasilkan cita rasa yang berbeda. Contohnya, Acaraki memasok kencur dari Wonogiri dan Lampung. Kencur dari kedua daerah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Kencur dari Lampung lebih harum (aromatik) ketika diseduh tetapi kurang padat. Kencur dari Wonogiri memiliki karakteristik sebaliknya, tidak terlalu harum tetapi padat.

Dari dua karakteristik kencur yang berbeda tersebut, pengolahannya pun harus berbeda untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Teknik penyeduhan akan memberikan hasil yang berbeda. Teknik Pourover V60 di mana bahan dialiri air panas akan sangat baik untuk kencur Lampung karena teknik tersebut dapat mengeluarkan aroma secara optimal. Sementara itu kencur dari Wonogiri yang memiliki karakteristik padat tetapi tidak memiliki aroma yang terlalu kuat cocok diseduh dengan teknik Infusion French Press di mana bahan direndam dalam air panas atau pun dengan teknik manual espresso di mana bahan diseduh di bawah tekanan. Perbedaan cita rasa dari prosesnya ini ditemukan pula pada beras, kunyit, jahe, dari berbagai pelosok Indonesia.

Produk jamu di Acaraki

Acaraki menyajikan dua jenis jamu, yakni specialty jamu dan jamu new wafe. Sama halnya dengan specialty coffe, specialty jamu adalah jamu yang diseduh tanpa tambahan apa pun sehingga daerah asal bahan serta teknik penyeduhan menjadi penentu rasa. Ada 5 teknik penyeduahn jamu di Acaraki yang diadopsi dari penyeduhan kopi.

  1. Saring – Pourover V60
  2. Tubruk – Infusion French Press
  3. Pekat – Manual espresso
  4. Syphon – (hanya ada di Acaraki kemang)
  5. Aeropress (Hanya ada di acaraki Kemang)

 

Sumber gambar: www.passionmedia.co.id

Kedua, Jamu new wafe. Jamu new wafe adalah varian menu jamu yang sudah mengalami inovasi. Menu ini menyajikan minuman berbahan dasar jamu yang dicampur dengan bahan lain seperti soda, madu, susu, es krim, dan lain-lain sehingga menghasikan minuman yang segar. Menu jamu new wafe di Acaraki yang paling banyak diminati adalah:

  1. saranti (beras kencur-susu-krimer);
  2. golden sparkling (kunyit asam-soda-gula);
  3. bereskrim (beras kencur-es krim).

 

 

Joni Yuwono meluncurkan kafe jamu dengan konsep baru ini dengan visi untuk menjadikan jamu agar sepopuler kopi di seantero dunia. Mengolah jamu dengan aneka rasa yang enak diminum tetapi tetap memberikan potensi menyehatkan tubuh.  Kafe jamu Acaraki saat ini memiliki 2 cabang:

  • Kafe Jamu Acaraki Kemang

Kemang Raya Selatan No. 122, Jakarta

  • Kafe Jamu Acaraki Kota Tua

Gedung Kerta Niaga 3, Kota Tua, Jakarta

Kafe Jamu Acaraki buka dari hari Senin-Minggu, pukul 10.00-22.00 WIB.