Jamupedia

Lada

Lada (Piper nigrum L) dikenal juga dengan nama lokal merica atau sahang. Nama asing untuk tanaman ini adalah Pepper vine, polvrier, black pepper, pepper, white pepper, dan hujiao (Cina). Tanaman ini berasal dari pegunungan Ghats Barat di daerah Kerala, India, dan tumbuh liar di pegunungan tersebut. Lada sampai di Asia Tenggara sekitar 100 tahun sebelum masehi, dibawa oleh oleh orang Hindhu yang datang ke Indonesia dan negara lainnya.

 

Sumber gambar: www.jd.id

Lada sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan yang memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Ada dua jenis lada, yaitu lada putih dan lada hitam. Perbedaan lada putih dan lada hitam hanya pada penanganan pascapanen. Lada putih diperoleh dari buah lada yang dihilangkan kulitnya, sedangkan lada hitam kulitnya tidak dihilangkan kulitnya. Lada putih umum digunakan sebagai bumbu masakan dan bahan untuk obat tradisonal. Lada hitam digunakan untuk masakan-masakan tertentu, selain itu juga diambil minyaknya untuk diolah menjadi parfum.

Di Indonesia, tanaman lada banyak dibudidayakan di Aceh, Bangka, Belitung, Lampung, dan Kalimantan Barat. Di Lampung, lada banyak dihasilkan oleh petani dalam bentuk perkebunan kecil yang diusahakan secara turun menurun dengan padat tenaga kerja. Pengembangan lada di Lampung diarahkan pada jenis lada hitam atau yang dikenal di pasaran dunia dengan nama Lampong Black Pepper.

 

Sumber gambar: www.kompasiana.com

 

Klasifikasi tanaman lada

Kingdom              : Plantae

Subkingdom       : Tracheobionta

Superdivisi          : Spermatophyta

Divisi                      : Magnoliophyta

Kelas                     : Magnoliopsida

Sub kelas             : Magnolidae

Ordo                      : Piperales

Famili                    : Piperaceae

Genus                   : Piper

Spesies                 : Piper nigrum L.

 

Morfologi tanaman lada

Lada merupakan tanaman yang tumbuh merambat sehingga membutuhkan rambatan atau tiang hidup/tajar. Pohon yang bisa digunakan untuk tiang hidup atau tajar misalnya pohon ambas/gamal, ka’ne/dadap, kapok, jati, dll. Syarat pohon yang menjadi tajar adalah tahan pangkas, tumbuh cepat, dan memungkinkan akar lekat lada dapat melekat dengan baik.

Bentuk batang tanaman lada adalah beruas-ruas seperti tebu dengan panjang ruas bukunya sekitar 4-7 cm. Panjang ruas buku pada pangkal batang biasanya lebih pendek dibandingkan dengan ruas yang berada pada pertengahan dan ujung batang. Ukuran rata-rata diameternya adalah 6-25 mm.

Daun tanaman lada berbentuk bulat oval dengan bagian pucuknya meruncing. Daun lada termasuk jenis daun tunggal bertangkai (panjang tangkainya 2-5 cm) dan membentuk aluran di atasnya. Panjang daun lada berwarna hijau tua dan memiliki ukuran sekitar 8-20 cm dan lebar 4-12 cm.

Bunga lada merupakan bunga majemuk yang tumbuh mengelilingi malai bunga. Setiap malai terdiri dari 100-150 bunga yang nantinya akan menjadi buah. Bunga lada termasuk bunga lengkap yang terdiri dari tajuk, mahkota bunga, putik, dan benang sari. Buah lada berbentuk bulat dengan biji keras dan berkulit lunak. Pada saat masih muda buah lada berwarna hijau tua dan akan berubah menjadi kekuningan dan kemerahan saat sudah tua/masak.

 

Sumber gambar: www.kampustani.com

Tempat tumbuh dan perbanyakan

Tanaman lada dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-1000 mdpl. Lada tumbuh subur pada iklim basah dengan musim hujan terdistribusi secara merata tiap tahun (curah hujan 2000-4000 mm). Suhu udara yang cocok adalah 25-30 derajat celcius dengan kelembapan relatif 65-95 persen.  Tanaman merambat ini butuh naungan atau cahaya 50-75% intensitas matahari. Lada dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara cukup, drainase baik, dan tingkat kemasaman tanah (pH) 5,0-6,5.

Tanaman lada dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) maupun vegetatif (stek). Perbanyakan melalui stek diambil dari sulur panjat, sulur gantung, sulur tanah, dan sulur buah (cabang buah).

  • Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh memanjat tanaman penegak dan memiliki akar lekat pada setiap buku. Apabila ditanam, sulur ini akan menghasilkan tunas dan akar lekat yang dapat langsung melekat pada penegak lada.
  • Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak dan tidak mempunyai akar lekat. Apabila ditanam, sulur gantung menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak dan cabang buah keluarnya lambat (3-4 tahun).
  • Sulur tanah adalah sulur yang tumbuh merayap di permukaan tanah. Sulur tanah memiliki akar lekat yang terbatas dan tiap buku tidak keluar akar. Apabila ditanam, sulur tanah tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak dan cabang buah atau buahnya keluarnya lambat (3-4 tahun).
  • Sulur buah tidak memiliki akar lekat, tidak melekat pada tanaman penegak, perakarannya dangkal, dan membutuhkan ketersediaan air yang cukup. Apabila ditanam akan cepat menghasilkan buah tetapi tidak dapat tumbuh tinggi.

Kandungan dan khasiat

Lada memiliki efek farmakologi sebagai antiinflamasi atau antiperadangan dan antikanker. Lada mengandung 6 senyawa bioaktif yang terdiri dari piperine, pellitorine, guineensine, pipnoophine, trichostachine, dan piperonal. Di India lada dimanfaatkan untuk mengatasi konstipasi, diare, sakit telinga, penyakit jantung, hernia, suara serak, gangguan pencernaan, gigitan serangga, insomnia, sakit persendian, masalah liver, paru-paru, dan lain sebagainya. Daun dan bijinya dikeringkan dan digunakan sebagai bumbu terutama untuk membuat masakan dengan bahan daging merah, daunnya juga dimanfaatkan untuk membuat bir beras “apong”. Buahnya yang dibuat bubuk dimasak dengan papaya dan daging ayam atau merpati dan digunakan sebagai pelancar ASI.

Di Indonesia, lada sering dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan bahan obat tradisional. Lada dipercaya mengatasi beberapa keluhan penyakit berikut.

  1. Meredakan hidung tersumbat

Lada dikenal mengandung dekongestan alami yang mampu mengencerkan penumpukan lendir pada saluran pernapasan. Untuk mendapatkan khasiat ini bisa dilakukan dengan mencampurkan lada pada masakan berkuah, misalnya sup ayam.

  1. Mencegah kerusakan sel

Lada memiliki antioksidan yang cukup tinggi dan efek antiradang yang dapat mencegah kerusakan sel.

  1. Menghambat pertumbuhan bakteri

Sifat antibakteri pada lada membantu menghambat pertumbuhan bakteri, seperi E. Coli, Listeria, Salmonella, dan Staphylococcus.

  1. Membantu mengobati penyakit lambung

Lada membantu mencegah gangguan lambung. Ekstrak lada hitam memiliki efek antiradang dan antibakteri yang ampuh menghambat pertumbuhan bakteri H. Pylori yang menjadi penyebab tukak lambung.

Lada tidak disarankan untuk dikonsumsi secara berlebihan, apalagi bagi ibu hamil. Lada juga tidak direkomendasikan untuk digunakan pada kulit karena menyebabkan rasa panas dan kemerahan, khususnya bagi yang memiliki kulit sensitif.